TAKDIR
*By: Ummu Zaki
Salah satu rukun iman adalah beriman pada takdir, baik itu buruk maupun baik menurut takaran manusia. Keimanan seseorang tak akan sempurna tanpa meyakini bahwa segala yang terjadi bagi dirinya maupun lingkungannya adalah telah tercatat di lauhul Mahfudz 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
Hanya saja pada prakteknya seringkali kita terjebak mengabaikan rukun iman ini. Tak jarang kita dapati dalam keseharian, kita berandai meski bermaksud bergurau. Misal kita mengatakan “andai saya pergi, saya akan dapat hadiah juga, sembari diikuti tawa lebar. Padahal hakikatnya candaan pun dicatat malaikat.
Terlebih saat musibah melanda. Tak jarang kita sibuk mencari sebab dan berlarut menyesalinya seolah takdir baik akan berpihak jika sebab itu tak muncul. Lebih parah lagi jika sebab itu ditimpakan pada individu diluar diri kita. Menganggap bahwa karena prilakunya, hal buruk terjadi. Maka tak jarang kalimat menyalahkan mengalir deras dari lisan kita atau bahkan kehadirannya membuat kita menjadi illfill, tak nyaman atau bahkan menghindar darinya. Segala yang dilakukannya terlihat salah meski tak sepenuhnya keliru. Sifat pemaaf dan keimanan pada takdir pada kasus ini teruji.
Selain itu, ungkapan-ungkapan penyesalan yang biasanya diikuti dengan kalimat pengandaian menjadi salah satu indikator keimanan pada takdir masih perlu dibenahi. Kalimat pengandaian sebagai akibat dari penyesalan akan musibah yang menimpa, dihukumi haram oleh jumhur ulama. Terlebih jika ia telah menyentuh ranah syariat. Mengandaikan sesuatu yang telah diharamkan/diwajibkan menjadi kenyataan yang sebaliknya juga dihukumi haram. Misalnya perkataan “andaikan tak ada riba, maka saya akan kaya” dan kalimat2 semisal.
Rasulullah shalallahu alayhi wasallam bersabda:
احرص على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجز، وإن أصابك شيء، فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا، ولكن قل قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان
“Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah. Jangan pula mengatakan: ‘Andaikan aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian’ namun katakanlah: ‘Ini takdir Allah, dan apapun yang Allah kehendaki pasti Allah wujudkan’ karena berandai-andai membuka tipuan setan.” (HR. Muslim 2664
“Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah. Jangan pula mengatakan: ‘Andaikan aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian’ namun katakanlah: ‘Ini takdir Allah, dan apapun yang Allah kehendaki pasti Allah wujudkan’ karena berandai-andai membuka tipuan setan.” (HR. Muslim 2664
Berlapang dada terhadap kenyataan yang tak semanis harapan adalah sikap yang sangat dianjurkan dan perlu dilatih dengan tekun terlebih jika basic pendidikan keluarga terbiasa dengan sikap menyalahkan telah tertanam kuat. Maka belajar tentang tauhid dan hakikat takdir adalah sebuah keniscayaan agar tak terjerumus dalam penyesalan berkepanjangan.
Di dalam kitab Al-Fawaid, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur, jika seseorang ditimpa musibah salah satu dari 6 sikap yang dilakukan adalah:
الأوّل: مشهد التوحيد، وأن الله هو الذي قدّره وشاءه وخلقه، وما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
Pertama: Pandangan (kaca mata) Tauhid. Bahwa Allahlah yang menakdirkan, menghendaki dan menciptakan kejadian tersebut. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.
sumber:
https://muslim.or.id/24546-tips-ibnul-qayyim-dalam-menghadapi-takdir-yang-buruk.html
الأوّل: مشهد التوحيد، وأن الله هو الذي قدّره وشاءه وخلقه، وما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
Pertama: Pandangan (kaca mata) Tauhid. Bahwa Allahlah yang menakdirkan, menghendaki dan menciptakan kejadian tersebut. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.
sumber:
https://muslim.or.id/24546-tips-ibnul-qayyim-dalam-menghadapi-takdir-yang-buruk.html
Sabar juga merupakan sikap terpuji yang sangat terkait dengan rukun iman keenam ini. Sabar diawal musibah, sebab jika di pertengahan ataupun diakhirnya maka itu bukanlah sabar tetapi sebuah kepasrahan. Hanya jiwa yang sabar saat mendapatkan musibah akan berucap “qadarullah wa maa sya a fa'la” ini takdir Allah dan apa yang diinginkanNya akan terjadi.
Penyesalan yang berkelanjutan hanya akan menyesakkan jiwa, membuat hati makin keruh karena ia akan mengundang sifat tercela lainnya. Kecewa, putus asa, mengumpat, sedih berlebihan dsb. Dan hal itu pun tak akan merubah takdir dan membuat keadaan lebih baik. Akan jauh neanfaat jika kitaendahulukan prasangka baik pada Allah subhanahu Wata'ala dan menapaki hari esok dengan semangat dan harapan semoga semua itu menambah catatan amal sholih kita kelak di hari perhitungan.
Jika daun yang gugur saja terjadi atas kehendak Allah subhanahu Wata'ala, maka terlebih pada perkara yang lebih besar dari itu.
Maka wahai diri, berusalah berlapang dada atas takdirmu, gunakan kaca mata tauhid atas setiap perkara yang menimpamu, berlatihlah bersabar atas ujian yang menghampirimu. Karena hidup ini sebuah perjuangan meraih impian tertinggi JANNATUL FIRDAUS. Karena surga itu mahal dan istirahatmu dari perjuangan hidup insyaaAllah berakhir di JannahNya. Semoga engkau termasuk insan yang disambut malaikat di pintu surga dengan kalimat “Assalamu’alaikum bimaa shobartum” Selamat sejahtera atas kesabaranmu (QS.13:24). Aamiin.
*Dari seorang insan yang senantiasa belajar berbenah diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar