Jumat, 22 Desember 2017

Saat Takdir Berkata Lain



Hari ini, lebaran tiba. Suka cita menyelimuti seluruh umat Islam tak terkecuali keluarga kami. Jauh hari persiapan menyambut hari istimewa ini telah dilakukan. Baju baru, sendal baru dan semua pernak pernik lebaran termasuk menu spesial yg hanya ditemui saat hari lebaran seperti ini.

Bagi keluarga kami, lebaran kali ini sedikit berbeda. Biasanya kami merayakannya bersama orang tua di kampung. Namun suami diamanahkan membawakan khutbah idul Fitri di salah satu mesjid. Jadilah kami merencanakan berlebaran di tempat suami khutbah dan akan langsung melanjutkan perjalanan ke kampung halaman yg berjarak kurang lebih 2-3 jam perjalanan setelahnya.

Segalanya telah dipersiapkan dengan matang, mobil tua kami telah dibawa ke bengkel untuk  di agar tak menghambat perjalanan nantinya. Ayam peliharaan telah dipersiapkan untuk ditinggal selama 3 hari. Makanan dan kandang telah dikondisikan agar ayam kami tetap aman dan sehat hingga kami pulang. Persiapan menu makanan bakso kesukaan anak-anak telah diangkut ke mobil lengkap dengan kuahnya di tempat penghangat portabel khusus, tak lupa kecap khusus seperti yg dipakai penjual bakso umumnya, pokoknya perjalanan kami mantap kali ini dan telah direncanakan akan singgah di suatu tempat menikmati bekal kami.

Seperti biasa saya selaku ibu selalu paling telat keluar dari rumah sekaligus bertugas mengunci rumah seperti istilah anak-anak "terakhir tutup pintu". Sayapun telah siap naik ke mobil sambil suami menghidupkan mesin. Qadarullah, mesin mobil tak mau menyala. Suami terlihat panik, anak-anak bengong, sayapun tak ketinggalan termangu. Suami mencoba menelpon si tukang bengkel tapi jawabannya katanya kemarin tak ada masalah. Akhirnya karena waktu makin mendesak sedang jarak tempat khutbah suami tidak dekat, dengan Isak tangis anakq yg tertahan dan perasaan kecewa mereka, kami putuskan hanya si sulung dan suami yg berangkat shalat idul Fitri.

Anak-anakq komplein, terutama si kecil yg telah siap dgn baju barunya. Sy pun dicecar pertanyaan2 mereka. Qcoba jelaskan bahwa inilah takdir Allah, ada hikmah baik dibaliknya, meski itu tak kita inginkan. Masih beruntung mobil macet sebelum berangkat, bisa dibayangkan jika ia macet di tengah perjalanan, ayah tak jadi khutbah, jamaah menunggu dan mustahil mencari penggantinya disaat mendesak seperti ini, kita terlantar di tengah jalan. Atau mungkin bisa saja ada kebaikan lain yg diinginkan oleh Allah. Atau mungkin Allah sedang menguji kesabaran kita, keikhlasan kita yang bisa jadi kita akan merasa sombong dengan penampilan kita yg serba baru di hadapan orang2. Yang pastinya takdir itu selalu lebih indah dari keinginan kita.

Mendengar penjelasanku, sepertinya mereka mulai faham di tengah keterbatasan daya cerna mereka. Wajah kecewa pun berangsur redup terganti dengan celoteh2 segar mereka. Mereka melepas *baju baru mereka* dan menikmati kue kering sambil bermain. Meski sesekali tatapan  mereka mengikuti kendaraan tetangga yg melaju melewati kediaman kami.

Semua kembali normal kini, mereka bermain seperti hari-hari biasa, mencari buah kersen di dekat rumah yang dengan setia menyuguhkan buah ranumnya bagi anak-anak kecil kami. Maka nikmat apalagi yang kau dustakan.

                Pinrang, 1 Syawal 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran Daring: Memanusiakan manusia dimasa pandemi

Istilah pembelajaran memanusiakan manusia telah kita kenal jauh sebelum terjadi pandemi global ini. Sebuah judul buku yang pernah menjadi be...