Sabtu, 23 Desember 2017

Cara Menyapih Anak dari dot

Artikel ini saya copas dari tulisan seorang dokter anak di FB dengan nama akun Arifianto Apin.

 pakai teknik apa untuk "menyapih" botol dot? (Tulisan kedua dari dua bagian)

"Anak saya susah makan, jadi saya tambahkan susu. Usianya sudah setahun lebih. Minum susunya lebih banyak dengan botol dot. Tapi kok masih tetap susah ya makannya? Kalau saya sapih botolnya, nanti dia makin tidak mau minum susu, padahal makannya susah."

Bisa menanggapi pernyataan di atas? Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, saya mau buat penegasan, bahwa tulisan saya ditujukan bagi mereka yang sudab terlanjur menggunakan botol dot. Artinya, yang belum kenal botol dot, ya tidak perlu mengenalkannya sama sekali. Apalagi pada bayi yang masih mendapatkan ASI eksklusif, risiko bingung puting ada. Atau sebaliknya, yang berhasil tidak mengenalkan botol dot, lalu ketika anaknya sudah berumur satu tahun dan ingin memberikan susu, malah bingung mau menggunakan botol dot atau tidak? Ya, bagi sebagian orang: botol dot identik dengan cara pemberian susu balita. Minum susu itu ya harus pakai botol dot! Padahal ini adalah persepsi yang salah. Sejak awal bisa minum setelah mendapatkan MPASI, bayi sudah dapat menggunakan gelas dalam bentuk apapun.

Mari kita lanjutkan, jadi Mau pakai teknik apa untuk menyapih dot? Dadakan alias langsung hilangkan semua botol dotnya, atau bertahap dalam beberapa bulan?

Artikel di webmd mengistilahkan menyapih botol dot secara paksa ini sebagai "cold turkey", yaitu beritahu anak bahwa hari ini hari terakhirnya menggunakan botol dot, dan keesokannya.... whusssh, lenyaplah semua botolnya! Jadilah hari itu ia minum dengan "gelas anak besar" :-) Tentunya prosesnya melalui komunikasi beberapa hari atau pekan dengan bayi/anak, bahwa ia harus menghentikan kebiasaan ngedotnya pada waktu yang sudah ditentukan.

Bagaimana dengan "menyapih" botol dot perlahan? Misalnya dari empat botol sehari, maka salah satunya beralih ke gelas, sehingga botol dotnya hanya tiga kali sehari. Lalu berlanjut menjadi dua gelas per hari, dan hanya dua botol sehari. Seterusnya sampai selesai tanpa botol dot sama sekali. Teknisnya bisa berupa menyapih botol dot siang hari terlebih dulu, baru ke botol di pagi hari. Mengapa? Karena anak harus makan di pagi hari, selain minum susu dengan dot (yang sudah terbiasa ya, yang belum ya tidak perlu dibuat ritual hari ini). Maka adanya "reward" sementara dengan botol dot ini masih memastikan ia makan pagi. Lalu berlanjut dengan menggantikan botol pagi dengan gelas. Tapi ada juga yang berpendapat sebaliknya, yaitu sapih dulu botol pagi dan selalu tawarkan anak sarapan, dan minum dengan gelas. Terserah mana yang lebih cocok untuk Anda. Nah... akhirnya, yang terberat biasanya adalah membuang botol dot di malam hari! Ya, karena sebagian bayi bisa tidur hanya dengan botol dot di mulutnya. Cobalah lepas botolnya, beuh.. ngamuklah ia. Hehe. Makanya inilah salah satu alasan untuk tidak mengenalkan botol dot sama sekali. Tapi botol dot tetap harus tersapih. Maka barengi dengan membuat anak nyaman, misalnya membacakan buku cerita sebelum tidur, boleh mandi dengan hangat, dan alihkan sambil mengajaknya ngobrol. Minum susu terakhir adalah saat sesudah makan malam. Lalu sikat gigi, dan bersiap tidur.

Masih adakah tips-tips lain? Cara-cara berikut bisa dicoba:

- Sediakan berbagai gelas, baik sippy/training cup ataupun gelas plastik biasa, dengan berbagai warna dan gambar menarik. Biarkan anak memilih sendiri mana gelas yang ia inginkan. Isi gelas juga bukan hanya susu saja, tetapi berbagai jenis minuman. Dan jika ada sedotan-sedotan dengan berbagai motif lucu dan menarik, penggunaannya bisa menambah ketertarikan anak untuk melupakan botol dot.

- Encerkan susu yang ada di dalam botol dot, dan isi gelas dengan susu dalam takaran biasanya. Anak akan merasa susu di gelas lebih enak dibandingkan dengan susu di dalam botol dot.

- Berikan pujian kepada anak karena kemampuannya untuk mengurangi sampai bisa menghentikan botol dot. Tunjukkan ia sudah cukup besar, sehingga tidak lagi pakai dot.

Ingat, selama proses penyapihan ini, tidak boleh ada botol dot yang terlihat anak, dan tidak mudah dijangkau mereka.

O iya, kembali ke kisah di atas. Anak yang susah makan ditambahkan susu dengan harapan mau makan tentunya berkebalikan ya. Anak yang kenyang susu justru makin malas makan. Jadi, kalau mau makannya lahap, ya buatlah anak lapar. Jangan terlalu banyak berikan susu. Susu bukanlah hal utama untuk anak di atas satu tahun. Utamanya sebagai sumber kalsium yang mudah ditelan. Dan jumlahnya pun tidak lebih dari 500 ml per hari.

Semoga berhasil!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembelajaran Daring: Memanusiakan manusia dimasa pandemi

Istilah pembelajaran memanusiakan manusia telah kita kenal jauh sebelum terjadi pandemi global ini. Sebuah judul buku yang pernah menjadi be...