Hari ini kembali aku mencoba mengendalikan diri dalam berkomunikasi dengan anak gadisku yang kini mulai beranjak remaja. Saat kemandirian mulai ia peroleh saat itu juga tantangan mendidik mulai terasa. Seolah keakuan gadis saya yang satu ini mulai terlihat. Tak ingin didikte juga tak mau dianggap anak kecil lagi.
Sepulang sekolah, seperti biasa karena hari ini adalah hari Sabtu, yang otomatis aku tak masuk kantor. Tapi entah mengapa pekerjaan di rumah rasanya tak ada habisnya. Termasuk tumpukan piring kotor sisa sarapan masih bergunduk di wastafel dapur. Tak terasa jam menunjukkan pukul 11.00 artinya saatnya anak2 pulang termasuk gadisku ini.
Sejam setelah kedatangannya. Aku menyodorkan puring kotor untuk dicuci. Wajah cemberut membalas permintaanku ini. Berkutat dengan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya, ditambah dengan mengurus bocah 10m membuat darah saya nyaris kembali bergolak panas. Syukurnya aku masih bisa menguasai diri.
Kucoba menawarkan pilihan antara menunda hingga habis shalat dhuhur atau mengganti dengan pekerjaan lainnya, yaitu mengangkat dan menjemur baju yang telah dicuci beronde-ronde dan menunggu untuk dijemur. Nisa kemudian memilih untuk menjemur baju dan menunda sampai usai shalat dhuhur atau sejam kemudian. Aku bergumam “ okelah, tapi usai shalat, jemurnya tanpa diingatkan lagi, yah?” Gadisku mengangguk pelan. Baiklah, tak apa hari ini aku yang mengeksekusi gundukan piring dan panci sisa tadi pagi yang lumayan banyak tersebab usai dipakai menyiapkan bekal si ayah beserta semobil kawan-kawannya untuk dibawa Safar ke Malino.
#hari3
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar